Selasa, 31 Maret 2020

MABAR Edisi Maret 2020



"Pemimpin"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Draft Mabar edisi bulan Maret 2020 ini, sudah saya terima tanggal 7 April 2020, pukul 10.28 WIB. Tapi entah karena lupa, pengaruh wabah Covid 19, atau banyak alasan yang lain, sekapur sirih ini baru saya tulis di tanggal 10 April 2020. Nggak seperti biasanya, tapi kenyataannya tulisan ini yang membuat terbitnya Mabar bulan ini menjadi tertunda 3 hari, bahkan lebih, karena tanggal 10 s.d 12 April 2020 ini adalah "long weekend".

Saya pribadi memohon maaf yang sebesar-besar nya atas kesalahan saya tersebut di atas kepada Tim Redaksi Mabar.

Di tengah-tengah wabah Covid 19 saat ini, di saat banyak orang mencari-cari obat, atau cara, agar terhindar dari pandemi ini, saya teringat dengan salah satu ceramah Ustadz Yusuf Mansur. Suatu waktu, Ustadz Yusuf Mansur jatuh sakit, dan tidak "tertangani" secara medis, meski sudah beberapa waktu dirawat di Rumah Sakit.

Ditengah-tengah masa perawatan di Rumah Sakit tersebut, ada jadwal kedatangan seorang Ulama besar dari Timur Tengah ke Indonesia, dan Ustadz Yusuf Mansur memaksakan diri untuk menjemputnya. Tahu kondisi Ustadz Yusuf Mansur yang tidak sehat tersebut, sang Ulama mewasiatkan sesuatu kepada Ustadz Yusuf Mansur agar sembuh, yaitu "Sholawat Tibbil Qulub". Dengan ijin Allah, akhirnya Ustadz Yusuf Mansur sembuh setelah menjalankan wasiat tersebut.

Ingat "Sholawat Tibbil Qulub" tersebut, membuat saya jadi rajin memutarnya di aplikasi youtube. Kebetulan iramanya asyik untuk berdendang, apalagi kalau pas nyetir Bogor-Serang atau sebaliknya, bisa menghilangkan kantuk dengan sholawatan Tibbil Qulub tersebut.

Tidak dinyana, tidak diduga, dari banyak sekali video "Sholawat Tibbil Qulub" di youtube, ada satu yang menarik perhatian saya, "Sholawat Tibbil Qulub" yang dilantunkan Habib Syech, nama lengkapnya Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, seorang Ulama dari Solo, yang terkenal dengan metode dakwah "sholawat religius".

Di tengah-tengah alunan "Sholawat Tibbil Qulub", Habib Syech akan melantunkan "Pepali Ki Ageng Selo". Pepali bisa diartikan sebagai pesan-pesan atau ajaran. Ki Ageng Selo adalah tokoh legenda dari Jawa Tengah yang dipercaya sebagai leluhur raja-raja Mataram, yang pusatnya dulu di Kota Gede, Yogyakarta. Tentu Pepali Ki Ageng Selo ini dalam bahasa Jawa.

Salah satu Pepali Ki Ageng Selo, yang cukup menarik perhatian saya, adalah sebagai berikut :

LAMUN DADI PENGGEDE
PRINTAH ANAK BUAHE
OJO NGANTI KERAS KAKU
SAK SENENG KAREPE DEWE
DADIYO SIRO PELINDUNG
PRINTAH KELAWAN KIRO KIRO

terjemahan bebas nya, versi saya, sebagai berikut :

Lamun dadi penggede = kalau menjadi pembesar, atau pejabat, atau pemimpin

Printah anak buahe = memerintah anak buah atau bawahan

Ojo nganti keras kaku = jangan sampai "terlalu kaku", atau "tidak bisa dibantah" atau "memberatkan"

Sak seneng karepe dewe = semaunya sendiri, atau suka-suka sendiri, atau sekehendaknya.

Dadiyo siro pelindung = jadikan dirimu pelindung atau pengayom

Printah kelawan kiro kiro = kalau memberi perintah, pertimbangkan dulu kemampuan bawahan atau anak buah.


Kalau ada pertanyaan, emang pak Sugeng sudah ? Justru Pepali Ki Ageng Selo tersebut, menarik perhatian saya dan saya tulis, karena saya merasa belum seperti itu, kepengen belajar, dan ingin mengajak rekan-rekan : bila jadi pemimpin bisa seperti Pepali Ki Ageng Selo tersebut.

Terakhir, mari kita semua di BTU, dengan kondisi yang ada, tetap memberikan pelayanan prima kepada para pelanggan.

Ayo terus kita tegakkan Integritas, Integritas, dan Integritas, serta K2/K3 dalam pekerjaan kita.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak


Baca MABAR Edisi Maret 2020 Selengkapnya