Senin, 08 Maret 2021

MABAR - EDISI FEBRUARI 2021

 


"Adversity Quotient (AQ)" 


Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan, 


Hari-hari ini, dalam pandangan saya, yang setahun ini mengikuti perkembangan NFL, Liga "football"nya Amerika, "american's football" ya buka sepakbola, adalah Hari-Hari penuh "drama" bagi Chiefs, khususnya bagi Patrick Mahomes. Kansas City Chiefs, juara bertahan Super Bowl ke-54, dengan Patrick Mahomes sebagai Quarter Back (QB) atau jendral lapangan pembagi bola nya, di"blow out" atau di"sapu bersih" oleh Tampa Bay Buccaners, pada Super Bowl ke-55, yang dihelat tanggal 7 Februari 2021 kemarin. 


Buccaners, yang tahun 2020 mendatangkan seorang Legenda QB, Tom Brady, yang sebelumnya memenangkan 6 kali Super Bowl bersama New England Patriots, berhasil mengalahkan Chiefs dengan skor 31-9. Dan untuk pertama kali dalam karir Patrick Mahomes, termasuk saat kompetisi antar sekolah, Ia gagal mencetak satu "Touch Down" (gol dengan score 6) dalam satu pertandingan, saat menjadi starter. 


Tom Brady, kalau rekan-rekan masih ingat, pernah ditampilkan pada presentasi, saat kita di UP3 BTU, melaksanakan Raker di awal tahun 2020 lalu. Raker dengan Video Tema yang super keren, mengadop tayangan pembukaan film Animasi "Avatar : The legend of Aang", yang dibuat dengan apik oleh mas Agus Majaji, dan pengisi suara mbak Elberta Pradita. 


Tom Brady, QB yg saat proses draft nyaris tidak "dianggap", pilihan ke-199 pada ronde ke-6 atau pilihan terakhir draft tahun 2000, menjelma menjadi seorang "GOAT", dengan memenangkan Super Bowl nya yang ke-7 di Super Bowl 55, di usia 43 Tahun. Pencapaian yang sangat jarang dicapai pemain NFL. 


Sementara Patrick Mahomes, baru berusia 25 tahun, dan digadang-gadang menjadi penerus Tom Brady. Tapi kekalahan di Super Bowl 55 kemarin, akan menjadi ujian sesungguhnya bagi seorang Patrick Mahomes, apakah menjadi pemain legend seperti Tom Brady, atau menjadi pemain NFL yang biasa-biasa saja. Selepas kekalahan tersebut, pemberitaan media yang ada banyak menimbulkan tekanan untuk Patrick Mahomes, seperti "Bully-an", "bahasa yang men"jatuh"kan, bahkan meng"hancur"kan yang harus diterimanya. 


Mengantarkan Chiefs, Tim NFL, dua tahun berturut-turut tampil di Super Bowl, bukan lah prestasi sembarangan. Tapi tetap saja, kekalahan di Super Bowl 55 kemarin, akan menjadi batu ujian terbesar bagi seorang Patrick Mahomes. Ada semacam "kutukan" bagi Tim yang kalah di Super Bowl, yang sering disebut dengan "Super Bowl Hangover". Yakni, musim setelah kekalahan di Super Bowl, prestasi Tim tersebut akan "hancur-lebur". 


San Fransisco 49ers di Super Bowl 54, Los Angeles Rams di Super Bowl 53, Atalanta Falcons di Super Bowl 51, Carolina Panthers di Super Bowl 50, Seatle Seahawks di Super Bowl 49, membuktikan adanya "Super Bowl Hangover" itu. Hanya New England Patriots yang terbukti berhasil melepaskan diri dari "kutukan" kekalahan di Super Bowl 52, dengan menjadi juara di Super Bowl 53, salah satunya karena memiliki Tom Brady sebagai Jendral lapangan pembagi bola atau QB. 


Kemampuan untuk bangkit kembali, setelah terpuruk, harus dimiliki oleh Patrick Mahomes, agar bisa menjadi legenda seperti Tom Brady. Musim 2021-2022 nanti, akan menjadi ajang pembuktian Patrick Mahomes, apakah memiliki kemampuan untuk bertahan di tengah kesulitan dari "Super Bowl Hangover" atau "kutukan kekalahan Super Bowl" itu atau tidak. Kemampuan yang sering disebut sebagai "Adversity Quotient" atau AQ. 


Adversity Quotient adalah kecerdasan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi kesulitan dan sanggup untuk bertahan hidup, dalam hal ini tidak mudah menyerah dalam menghadapi setiap kesulitan hidup. Konsep Adversity quotient (AQ) ini pertama kali dikemukan oleh Paul G Stoltz. Stoltz memberi wacana baru mengenai kualitas pribadi yang diperlukan seseorang, untuk meraih kesuksesan di segala aspek kehidupannya yang disebut dengan AQ. Konsep ini merupakan hasil penelitian selama 19 tahun, dan penerapannya selama 10 tahun serta melibatkan laporan dari 7500 orang yang pernah mengikuti seminarnya. Kesuksesan menurut Stoltz sangat dipengaruhi dan dapat diramalkan melalui bagaimana individu merespon terhadap kesulitan dan gayanya dalam menghadapi situasi sulit tersebut. 


Seseorang yang memiliki AQ yang tinggi, disebut dengan seorang "Climber", yang memiliki sifat gigih, dan ulet dengan segala resiko yang mungkin akan muncul sehingga harus dia hadapi serta mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Manusia climber adalah manusia pendaki yang tidak mudah menyingkir berteduh karena panas, atau lapuk karena hujan. Sebagai manusia pendaki jika ia menemukan ada hambatan batu di atas gunung sana, ia mencari jalan lain. Baginya untuk sampai ke puncak gunung tidak hanya ada satu jalan 


Tulisan ini tentu bukan hanya mengajak rekan-rekan 11 bulan ke depan, seperti apa cerita mengenai Patrick Mahomes. Tulisan ini untuk kita semua, insan PLN di UP3 Banten Utara, yang saat ini berada di dalam kapal besar bernama Transformasi PLN. Perubahan terkait transformasi termasuk adanya transformasi organisasi akan kita lalui bersama, dengan tantangan yang bukan semakin mudah. Kita semua yang akan memilih, apakah menjadi seorang "climber" dan meraih kesuksesan bersama. 


Atau sebaliknya menjadi "champer" bahkan "Quiter" yang tidak akan pernah mencapai tujuan, karena terjebak memikirkan masalah, tanpa melaksanakan eksekusi solusi permasalahan. Itu semua pilihan kita, seperti seorang Patrick Mahomes yang akan memilih jati dirinya menjadi seorang legenda NFL, atau pemain NFL yang biasa-biasa saja, di musim 2021-2022 nanti. 


Harapan dan Doa saya untuk kita semua di UP3 Banten Utara, untuk memilih menjadi para "Climber" dalam Transformasi PLN, untuk menjadikan PLN sebagai perusahaan terkemuka di Asia Tenggara, dan No.1 pilihan pelanggan untuk solusi energi. Dari sekarang, dari hal paling kecil, sesuai bidang tugas kita saat ini. 


Tak lupa saya mengingatkan kita semua agar jangan lupa dengan Tata nilai kita : AKHLAK 


A manah, 

K ompeten

H armonis

L oyal

A daptif

K olaboratif 


Bukan sekedar dipigura kemudian ditempel di dinding, tapi ada di hati kita masing-masing dan kita laksanakan dalam pekerjaan kita sehari-hari. 


Tetap Semangat dan Terus Bergerak


Baca MABAR - Edisi Februari 2021 Selengkapnya