Minggu, 01 Desember 2019

MABAR Edisi Desember 2019



"Kampus YANTEK"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Cerita Kampus Yantek UP3 Banten Utara, buat saya pribadi, adalah cerita tentang "perjuangan" dan "kenekadan". Sebuah "Cerita" yang dituliskan, oleh para insan Jaringan dan K3L UP3 Banten Utara.
Nama-nama seperti mas Frendy Satria Utama, mas Khairul, mas Hendra, mbak Nurlina, pak Sugiman, disusul selanjutnya oleh mbak Borisma, mas Soni, mbak Theo, mas Eko Juanda Suzanto, mas Suherman, mas Widias, mas Adi Susnanda, serta belakangan mbak Nia, mas Larso, juga rekan-rekan Spv Teknik ULP (mas Afrizal, mas Rikky, mas Beni, mas Saiful, mas Eki), terukir secara jelas, dalam benak, dan memori saya.

Waktu itu, di bulan Desember 2018, modal awalnya : hanya beberapa tiang, plus beberapa gawang SUTM, dan beberapa peralatan jaringan, yang sudah terpasang di gudang Domba, sebagai tempat praktek "Kampus Yantek". Tantangan awalnya adalah *tidak atau belum ada*nya Anggaran atau SKKO untuk "Kampus Yantek".  Sementara untuk mewujudkan sebuah "Kampus Yantek", yang minimalis saja, masih harus menambah beberapa buah tiang, beberapa gawang SUTM, belum beberapa peralatan yang harus dipasang. Apalagi bila mempertimbangkan efektivitas waktu pembelajaran, perlu ruang kelas yang dekat dengan tempat praktek, di gudang Domba tersebut.
Maka keputusan "nekad" pertama, yang diambil di ruangan MUP3, dalam pertemuan kecil yang dihadiri mas Frendy, mas Khairul, dan mas Hendra, saat itu, adalah membangun ruang kelas untuk "Kampus Yantek" di gudang Domba. Langsung diputuskan juga : ruang kelasnya menggunakan kontainer, termasuk mebeulair yang dbutuhkan. Untuk peralatan praktek, dipikirkan sambil jalan saja. Ingat lho ya "tanpa SKKO khusus Kampus Yantek", jadi mengoptimalkan SKKO yang ada.
Dan sejak saat itu, saya bisa melihat bagaimana "perjuangan" mas Frendy Satria Utama, bersama nama-nama di atas, mulai dari mempersiapkan infrastruktur "Kampus Yantek". Mulai dari meratakan tanah di Gudang Domba, memobilisasi kontainer dari tempat pembelian, mengubah kontainer menjadi ruang kelas, membangun toilet, memasang pavling blok di halaman kampus, mendirikan tiang, memasang jaringan dan peralatan tambahan, serta melengkapi perlengkapan dan sarana yang dibutuhkan secara bertahap.

Setelah infrastruktur, perlengkapan, dan sarana "Kampus Yantek" nya siap, ternyata "perjuangan" itu belum selesai. Untuk melaksanakan pelatihan "Kampus Yantek" angkatan 1, mas Frendy dan tim harus menghadapi "drama" lagi. Urusan administrasi, koordinasi, dan komunikasi 4 pihak : Pusdiklat, PT HPI (selaku Vendor Yantek di BTU, UID Banten, dan UP3 BTU sendiri, ternyata membutuhkan tumpahnya "keringat, darah, dan air mata", mas Frendy Cs, yang rata-rata orang Teknik itu.
Ada untungnya UP3 BTU sudah memiliki dua instruktur "kampus yantek" tersertifikasi saat itu, mbak Borisma dan mas Khaerul (belakangan ada pak Arie Firmansyah, pegawai BTS), setelah melalui proses "drama", di bulan Januari 2019, akhirnya Batch 1 "Kampus Yantek" dapat dilaksanakan, dengan instruktur mas Khaerul. Awalnya peserta Batch 1 adalah 20 personil Yantek, karena pembelajarannya dirasa kurang efektif, mulai Batch 2 jumlah pesertanya hanya 15 orang.
Tapi menurut penilaian saya, "perjuangan" mas Frendy cs, benar-benar teruji saat angkatan ke 5 dimulai. Ibaratnya "tetesan keringat, darah, dan air mata" harus keluar mulai saat itu.  Kebosanan yang mulai mendera, "perhatian" dari "atas" yang seolah hilang, lenyap ditelan waktu. Sementara perjalanan masih sangat panjang. Total seluruh personil Yantek UP3 Banten Utara, membutuhkan 20 Batch. Dapat dibayangkan beratnya "perjuangan", untuk menuntaskan program "Kampus Yantek" di tahun 2019 itu.

Maka dengan penuh kebanggaan terhadap mas Frendy + nama-nama di atas, pada 31 Desember 2019 malam, saya melaporkan kepada manajemen UID Banten, serta ke WA Group "PLN Jumat bersih & K3", bahwa : 100% personil Yantek (Pelayanan Teknik) UP3 Banten Utara (PT Haleyora Power) yang berjumlah 306 personil sudah lulus mengikuti pendidikan di Kampus Yantek UP3 Banten Utara tahun 2019.


Dalam laporan tersebut, saya juga menjelaskan bahwa Pendidikan "Kampus Yantek" dilaksanakan dalam 20 Batch (Batch 1 s.d Batch 20), dengan waktu pelaksanaan selama dua hari untuk setiap Batch nya. Fokus materi pada pengawas pekerjaan dan pelaksana pekerjaan, khususnya Aspek K2/K3 dalam pekerjaan, termasuk kegiatan praktek. Tentu saya juga menjelaskan ada dukungan UPDL Suralaya, denga 3 orang instruktur dari pegawai PLN UID Banten (mas Khaerul, mbak Borisma, dan mas Arie), serta pelaksanaannya di"monitor" para pejabat pelaksana K3L di lingkungan UP3 Banten Utara


Hal yang lebih jadi kebanggaan saya terhadap mas Frendy + nama-nama di atas, adalah dalam laporan tersebut, saya menyampaikan sebagai apresiasi kepada personil Yantek, diadakan Wisuda yang dibagi dalam 3 gelombang agar tidak mengganggu operasional dan pelayanan, sebagai berikut :


1. Gelombang I : tanggal 24 Desember 2019 dgn nilai rata-rata 90,1 dan nilai tertinggi 96,772.

2. Gelombang II : tanggal 25 Desember 2019 dgn nilai rata-rata 89,31 dan nilai tertinggi 95,923.

3. Gelombang III : tanggal 1 Januari 2020 dgn nilai rata-rata 90,51 dan nilai tertinggi 97,58


Dalam setiap prosesi wisuda, hampir seluruh MULP, Spv Teknik ULP, Pejabat pelaksana K3L ULP dan UP3, staf teknik ULP, Spv di bagian Jaringan, staf di bagian Jaringan, berkenan untuk hadir. Sebuah kehormatan khusus bagi saya, di saat libur nasional, rekan-rekan tersebut meluangkan waktu nya untuk hadir.


UP3 Banten Utara, saya rasa menjadi UP3 pertama yang 100% personil Yanteknya sudah lulus pelatihan "Kampus Yantek". Sebuah kebanggaan, tapi hanya akan jadi "angin lalu", ketika kita di BTU tidak mampu "menjual"nya. Sebuah prestasi, tapi hanya akan menjadi "pepesan kosong", ketika kita di BTU hanya mampu "memblow up", tapi tidak bisa menjaga dan tidak mengimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari.Jangan sampai kita melupakan hal yang esensi, yang tersirat dari bait sebuah lagu, yang dinyanyikan Franky Sahilatua berikut :


"Dengar angin mengusik batang-batang padi, Sebelum matahari meninggalkan senja"

"Dengar juga senandung dibalik jendela, sebelum memasuki sunyi"


Integritas, Integritas, dan Integritas, serta K2/K3 adalah "suara atau senandung" itu.


Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Sugeng Widodo
Manager UP3 Banten Utara




Baca MABAR Edisi Desember 2019 Selengkapnya




Jumat, 01 November 2019

MABAR Edisi November 2019





"Kenangan"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Sore hari, saat menerima draft Mabar bulan November, dari mas Alex, untuk menulis sekapur sirih ini, saya sedang ada janji, dengan rekan-rekan BTU penerimaan D1 PLN DJBB (Distribusi Jawa Barat dan Banten) tahun 2008. Angkatan ini memang punya beberapa kenangan bagi saya, khususnya saat saya mulai ditugaskan di "struktural" dulu.

Pertama, saat menjadi Manager UPJ Mustika Jaya (sekarang ULP Mustika Jaya - UP3 Bekasi), sejak 16 Agustus 2008 itu, tunggakan yang awalnya 6 lembar, pada akhir tahun 2008 nya bisa menutup di 2 lembar (tiga bulan tunggakan NIHIL), karena dibantu sekitar 30 orang angkatan ini, salah satunya mas Adi Susnanda, pejabat pelaksana K3L ULP Anyer itu.

Kedua, saat menjadi Asman Distribusi APJ Bogor (sekarang MBag Jaringan UP3 Bogor), angkatan ini lah yang menjadi "andalan", perubahan sistem pasokan 20 kV di Bogor saat itu. Waktu itu, mayoritas masih bujangan, kuat administrasinya, siap begadang 24 jam, sehungga angkatan ini menjadi "motor penggerak" perubahan jaringan Bogor pada saat itu.

Nama-nama seperti mas Ardiansyah dan mas Firman Nurlaha dari ULP Cipayung, mas Lazuardi dan mas Anom dari ULP Bogor Kota, mas "Ucok" Fauzi Adnan dari ULP Bogor Timur, mas Faqih dan mas Rois dari ULP Leuwiliang, mas Raden dan mas Dede Sandi dari ULP Jasinga, adalah nama-nama yang waktu itu sering mengikuti Sidang Engineering. Sebuah Forum yang dilaksanakan di PLN Bogor pada saat itu untuk mengevaluasi kinerja kehandalan bulan lalu, dan rencana kerja di bulan ini.
Hal itulah, yang menjadi sebab, ketika mas Ardiansyah (waktu saya di sana, menjadi "andalan"nya ULP Cipayung), yang orang Cilegon itu, tidak di-ijinkan utk di tukar dengan mas Andy Wijaya, orang Bogor, yang jadi "andalan"nya ULP Serang dan Cikande itu. Kalau tahu, atau ada yang memberitahu, sama-sama" andalan", mungkin oleh manajemen Bogor, dilepas pada saat itu.
Semoga cerita di atas tidak menyurutkan semangat dan motivasi mas Andy Wijaya dan mas Ardiansyah untuk berkontribusi maksimal bagi perusahaan. Kalau sudah rejeki, pasti tidak akan kemana kok.

Maka saat saya WA satu per satu, siang hari, untuk kumpul malam hari nya, saya tidak terlalu kaget bila mayoritas menyatakan siap. Hanya dua orang yang berhalangan hadir : mas Komarudin sedang uji kompetensi di Solo, dan mas Afrizal Azis yang harus mengantarkan anak ke dokter. Sisanya, alhamdulillah, hadir ke my Kopi O, titik kumpul malam itu.

Mas Muhar Riyadi menjadi tuan rumah, karena tugasnya sebagai Spv Logistik di Gudang Sempu, mem"booking"kan tempat, sehingga hadir paling duluan.
Tak lama kemudian, mas Ali Nurhakim, staf TE ULP Serang datang. Disusul mas Deni Subekti, pejabat pelaksana pengadaan UP3 BTU.
Mas Rikky Prasetyo, Spv Teknik UL Anyer, datang bersama mas Adi Susnanda. Menyusul mas Emha Tahajudin, Spv Harmet UP3, tidak lama kemudian.
Mas Andy Wijaya, bersama sang Vlogger, mas Afrizal, Spv Teknik ULP Serang Kota, yang ganteng bos itu, datang ke titik kumpul, tak lama berselang.
Terakhir mas Fatah, Spv TE ULP Cikande, dan mas Saeful Ikhsan, Spv Teknik ULP Cilegon, turut bergabung.

Tidak ada hal khusus dalam pertemuan malam itu. Hanya bernostalgia, dan saling bercerita "kenangan" lama. Seperti mas Muhar ternyata ada yang naksir waktu kuliah di Polban....ha..4x
Hampir tidak ada pesan khusus dari saya, justru lewat tulisan ini, saya ingin menyampaikan pesan khusus itu. Bila di ULP Mustika Jaya, dan UP3 Bogor dulu, saya punya kenangan tersendiri dengan angkatan ini. Bisa nggak angkatan ini melakukan hal yang sama di UP3 Banten Utara.
Berkontribusi maksimal tanpa melihat posisi saat ini misalkan. Toh jabatan adalah amanah, tapi kontribusi, hasil kerja dan komitmen adalah hal yang lebih utama.

Untuk angkatan penerimaan D1 DJBB tahun 2008 yang saat ini bertugas di UP3 Banten Utara, mari bersama membangun "kenangan khusus" itu, saya percaya dan yakin rekan-rekan pasti bisa, seperti juga waktu di Mustika Jaya dan Bogor dulu.
Menegakkan Integritas, Integritas, dan Integritas tentu harus terus dijaga. Tak lupa selalu menjaga, saling mengingatkan, dan saling peduli terkait K2/K3.
Di my Kopi O pernah bertemu, semoga menjadi awal kita membangun "kenangan khusus", yang akan bisa dikenang suatu saat nanti.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak


Salam,
Sugeng Widodo
 Manager UP3 Banten Utara


Baca MABAR Edisi November 2019 Selengkapnya





Selasa, 01 Oktober 2019

MABAR Edisi Oktober 2019



(Belum menjadi) "Juara Umum"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,
Pegawai milenial UP3 Cikupa itu, tiba-tiba histeris, dan berlari plus bersorak-sorak, ke arah kumpulan pegawai UP3 Banten Utara, yg sebenarnya hanya berjarak hitungan meter. Entah apa maksud tindakan, (yang dalam sudut pandang tidak positif, menurut saya pribadi), "sangat provokatif" dan "cari gara-gara" itu. Kalau dalam kacamata positif, mungkin pegawai milenial UP3 Cikupa itu sedang meluapkan kegembiraannya, meski dengan cara yang "bisa memancing kerusuhan" seperti itu.

Saat itu, baru saja diumumkan Juara umum porseni UID Banten tahun 2019, sesaat setelah diumumkannya pemenang lomba Video PLN terbaik, yang dimenangkan oleh UP3 Cikupa. Otomatis karena mendapatkan tambahan satu medali emas, UP3 Cikupa ditetapkan menjadi juara umum. Mengalahkan UP3 Banten Utara, yang kalah jumlah medali perak nya, meski jumlah medali emas nya sama.

Saya pribadi "sangat salut" dengan pilihan sikap yang diambil para pegawai BTU, pada saat kejadian itu. Meski jumlahnya lebih banyak, berlipat kali bahkan, dengan mayoritas usia milenial, ternyata bisa "adem-adem" saja melihat itu kejadian itu. Mungkin mereka masih "shock" karena kalah di "tikungan terakhir", sehingga lebih banyak diam, bahkan senyum pun hilang dari wajah masing-masing. (hal yang sebenarnya sudah saya prediksikan 3-4 minggu sebelumnya, saat menugaskan rekan-rekan BTU, untuk "harus/wajib" memenangkan e-sport Mobile Legend, kalau mau Juara Umum. Sesuatu yang sepertinya menjadi tekanan besar, sehingga tim BTU baru bisa meraih juara 3 / medali perunggu untuk e-sport Mobile Legend)

Menulis sekapur sirih ini, dan mempelajari perjalanan rekan-rekan BTU, selama mengikuti porseni, saya pribadi menjadi teringat tulisan mas Azrul Ananda, Presiden Klub Persebaya Surabaya, yang merupakan putra dari Pak Dahlan Iskan, mantan Dirut PLN. Mas Azrul Ananda, yang juga pendiri DBL Indonesia itu, di website Persebaya, menuliskan bahwa: "juara sejati memang butuh proses, dan juara harus diperjuangkan. Tidak bisa instan. Tidak bisa beli."

Membaca tulisan mas Azrul Ananda tersebut, ada sudut pandang baru dan lebih "woles" dalam menyikapi, belum berhasilnya tim UP3 Banten Utara menjadi juara umum porseni 2019. Mencermati para peraih juara dari Tim UP3 Banten Utara pada porseni 2019 :

- medali emas : Tenis Meja, Futsal, Vocal Group.
- medali perak : Karaoke, Video PLN Terbaik.
- medali perunggu : billiard, catur, senam kreasi, e-sport Mobile Legend.

saya pribadi dan kita semua, semestinya bersyukur dan menyampaikan salut plus penghargaan kepada Tim Porseni UP3 Banten Utara. Dengan segala keterbatasan yang ada, masih mau berjuang, bahkan hanya selisih tipis saja dengan juara umum. Sekali lagi Salut dan Penghargaan dari saya untuk rekan-rekan Tim Porseni BTU.

Karena "juara sejati butuh proses, harus diperjuangkan, dan Tidak bisa instan", maka untuk Porseni tahun 2020, harus mulai direncanakan, dipersiapkan, dan mulai diperjuangkan dari sekarang. Para PIC masing-masing Cabang sudah ditunjuk, dan diharapkan sudah menyusun program, untuk meraih juara umum tahun depan.

"Kalau cabang nya tidak dipertandingkan tahun depan bagaimana pak ?"
Ya, nggak masalah, hitung-hitung kita melaksanakan program Kompas, toh kita bisa meraih "juara" yang lain: yaitu "kebahagiaan" dan kekompakan di antara anggota tim BTU.
"Kalau porseni nya tidak ada tahun depan, bagaimana pak ?"
Ya, untuk persiapan tahun depannya lagi....he5x....selanjutnya sama dengan jawaban di atas.
Kalau nggak ada lagi tahun depannya lagi, bagaimana pak ?
Ya, utk persiapan tahun depannya tahun depannya lagi.....begitu seterusnya ya...
Inspirasi selanjutnya adalah : bila untuk urusan porseni atau olahraga saja butuh proses, apalagi untuk KPI atau kinerja. Bagaimana sistem pasokan listrik yang handal untuk kota Serang, sebagai ibukota Provinsi Banten, misalkan, harus direncanakan, disiapkan, dan diperjuangkan agar bisa terwujud.
Juga semua kinerja utama seperti "Zero Over Load Trafo" + "Zero Error APP" (Susut Jaringan), "Zero Waiting List" (Penjualan khususnya Kecepatan Penyambungan Baru), "Zero Bad Debt" (Tunggakan), "Zero Down Time" (Kehandalan Jaringan), dan "Zero Accident" (K2/K3) semua butuh proses dan harus diperjuangkan. Tidak bisa Instan, dan Tidak bisa beli. Mari kita semua ingat bahwa semua hal harus direncanakan, dipersiapkan, dan diperjuangkan agar bisa terwujud.
Yang paling penting : jangan lupa untuk menegakkan Integritas, Integritas, dan Integritas sambil tetap bahagia.

Terakhir, Mari kita selalu menjaga, saling mengingatkan, dan saling peduli kepada seluruh pegawai dan alih daya terkait K2/K3 dalam pelaksanaan pekerjaan.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Sugeng Widodo
Manager UP3 Banten Utara



Baca MABAR Edisi Oktober 2019 Selengkapnya

Minggu, 01 September 2019

MABAR Edisi September 2019




Senggakan "Cendol Dawet"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Penyanyi legendaris Campur sari itu, kembali "ngetop habis" di tahun 2019 ini. Lagu-lagu nya yang menggunakan bahasa jawa itu, kembali nge-"hits", dan disukai, bahkan oleh kalangan milenial, anak-anak yang belum lahir saat lagu "Stasiun Balapan" booming.

Gelar "The Godfather of the broken hearth", menyertai Viralnya penampilan sang maestro, penyanyi lagu-lagu Jawa, Didi Kempot itu. "Lord Didi" juga menjadi panggilan untuknya, dari "Sobat Ambyar", atau Sad bois atau Sad girls, sebutan untuk para penggemarnya.
Sebagai orang Solo, daerah yang sama dengan Didi Kempot, saya termasuk yang terkagum-kagum dengan fenomena tersebut. Satu hal yang pasti, konsistensi beliau untuk memilih genre lagu "Melow", bertema "patah hati", dan berbahasa Jawa, sejak mulai masuk dapur rekaman di tahun 1989, menjadi salah satu kunci Viral nya beliau di tahun 2019 ini. Konsistensi selama 30 tahun berkarya, adalah salah satu kunci sukses itu.

Namun ada hal yang baru, yang baru saya perhatikan, saat melihat video konser-konser Didi Kempot, yang banyak tersedia di aplikasi youtube. Dalam konser-konser itu, ada interaksi yang luar biasa, antara Didi Kempot dan penonton konsernya. Interaksi yang berupa "senggakan" atau sahutan dari penonton, saat Didi Kempot menyanyikan lagu nya.
Yang paling "ambyar" adalah senggakan "cendol dawet", saat Didi Kempot menyanyikan lagu "Bojo Anyar".

Saat Didi Kempot menyanyikan lirik ..."Nangis Batinku, nggrantes uripku, Teles kebes netes eluh ..."
(Lirik aslinya kemudian adalah ... neng dada-ku)
Spontan penonton akan kompak menyahut senggakan Cendol Dawet itu :
Cendol dawet, cendol dawet
cendol dawet seger...
cendol cendol, dawet dawet
cendol cendol, dawet dawet
cendol cendol, dawet dawet
cendol dawet seger....
piro..limang atusan..
terus..ra pake ketan
Ji, ro, lu, pat, limo, enem, pitu, wolu..
Tak kintang-kintang, hooo..
tak kintang-kintang, hooo..
tak kintang-kintang, hooo..
Ho ho ho ya.....

Senggakan itu bukan ciptaan Didi Kempot. Kalau kita perhatikan, saat penonton melantukan Senggakan Cendol dawet itu, Didi Kempot tidak ikut bernyanyi, hanya berekspresi menggerakan tangan beliau.

Secara idealisme, siapa sih yang mau lagu diciptakannya, ditambahi seperti lirik senggakan cendol dawet itu. Tapi seperti pengakuan Didi Kempot, beliau bisa menerima nya, karena senggakan itu yang menjadi mau penonton, turut melibatkan penonton dalam konser, dan membuat konser menjadi bertambah meriah.

Dalam pandangan saya, salah satu faktor Viral-nya kembali Didi Kempot, dan diterima nya beliau di kalangan mineal adalah "pengalaman berkesan yang dirasakan penggemar", baik karena isi lagunya, maupun senggakan condel dawet pada konser tersebut.
Pertanyaan untuk kita di PLN Banten Utara adalah "Mampu kah kita untuk konsisten seperti Didi Kempot dalam berkarya?", ingat 30 tahun dengan pilihan lagu melow patah hati, dan menggunakan bahasa Jawa.


Juga pertanyaan yang ini: "mampu kah kita mengajak konsumen-konsumen kita merasakan pengalaman berkesan bersama PLN Banten Utara, seperti Didi Kempot dengan lirik lagu dan senggakan cendol dawet dalam konser nya itu?".

Mari kita bersama menemukan "senggakan cendol dawet" ala PLN Banten Utara, mumpung growth penjualan kita sedang minus. Minus itu memang menyesakkan dada, tapi memberi peluang kepada kita untuk menemukan "senggakan-senggakan cendol dawet" itu.

Yang paling penting : jangan lupa untuk bahagia, tapi dengan menegakkan Integritas.
Terakhir, Mari kita selalu menjaga dan saling mengingatkan K2/K3 dalam pelaksanaan pekerjaan.
Ho ho ho ya.....

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Sugeng Widodo
Manager UP3 Banten Utara

Baca MABAR Edisi September 2019 Selengkapnya


 

Kamis, 01 Agustus 2019

MABAR Edisi Agustus 2019


"Kepercayaan"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Evaluasi penggunaan BBM dan Tol per kendaraan itu membuat saya pribadi seperti "tersambar petir". Data yang disajikan secara rinci oleh mbak Ezza dan mbak Yeni, siang itu, di pertengahan bulan Agustus 2019 itu, membuka sebuah fakta yang "sangat pahit" untuk saya sebagai pribadi. Orang dekat saya, dalam pandangan orang itu, terindikasi tidak bisa menjaga kepercayaan.

Posisi nya yang dekat dengan saya, karena hampir selalu satu mobil, pada saat jam kerja, terindikasi dimanfaatkan secara maksimal, untuk "mengerjai" spv admum, koordinator driver, dan Manager Bagian KSA, untuk "minum BBM" dan "makan etoll card" sebanyakbanyaknya.
Banyak modusnya, tapi yang paling "pahit" buat saya, adalah mengatasnamakan saya meminta uang persekot, kepada mbak Ezza, Spv Admum, malam-malam, untuk biaya saya pulang ke Solo, guna mengantar dan menjemput keluarga pada lebaran kemarin. Uang sebesar 3 (tiga) juta rupiah itu, untuk ukuran BBM dan Tol sangat lah besar. Sangat besar, meski BBM yang dibeli pertamax sekalipun.

Sangat pahit, karena kepulangan ke Solo, untuk mengantar sebelum lebaran, dan menjemput setelah lebaran, karena saya harus siaga selama periode lebaran itu, 100% menggunakan uang pribadi saya. Bahkan ke Solo naik mobil Inova itu pun, sudah saya pertimbangkan matang. Yaitu saya tidak "menyalahgunakan wewenang", karena saat itu mobil Inova itu sudah lunas COP nya sejak maret, dan permohonan BFKO nya belum disetujui (baru disetujui di bulan Juli). Artinya saat Inova ditinggal di Solo, statusnya memang tidak mengganggu kendaraan MUP3 atau kendaraan operasional. "Sangat pahit"nya, kehati-hatian saya, untuk menegakkan integritas, dan menjaga nama baik saya itu, ternyata "dikhianati" oleh orang yang posisinya sangat dekat dengan saya itu, yang saya percaya itu, yang tugasnya mengemudikan inova itu. Silahkan memposisikan diri sebagai mbak Ezza, atau mbak Yeni (yang pasti dilaporin mbak Ezza), atau pak Opic (yang pasti juga tahu), apa yang dipikirkan mengenai saya, terkait uang ongkos pulang itu, wajar saja kan kalau banyak "pikiran negatif" mengenai saya.

“Kalau nggak bapak gunakan, kenapa nggak ketahuan ya pak ?” Itu lah "kehebatan" orang itu, pertanggungjawaban bon BBM resmi dgn pencantuman plat nomor mobil Inova itu, sangat lengkap dan tanpa investigasi tidak akan ketahuan.
 “Emangnya mbak Ezza nggak konfirmasi kepada bapak ?”

Coba anda memposisikan diri sebagai mbak Ezza, emangnya anda berani konrmasi kepada saya ? Nah itu yang dimanfaatkan secara maksimal oleh si Driver itu, yang saya percaya itu, yang akhirnya malah merusak nama baik saya itu.

 “Tapi si driver itu kan sudah kerja 14 tahun, sudah banyak jasa-jasanya kepada bapak, selama setahun ini membawa bapak ?”

Pertimbangan di atas lah, yang menyebabkan, saat CoC hari Jumat, 23 Agustus 2019, selepas senam itu, saya menyampaikan : "yang merasa "minum BBM" dan "makan etoll card", silahkan membuat "pengakuan dosa" kepada mbak Yeni, dan diberikan waktu satu minggu, sampai dengan Jumat, 30 Agustus 2019".Memang sih, si driver itu membuat sedikit pengakuan dosa, katanya "makan etoll card" sedikit utk beli makanan dan minuman, saat menunggu saya. Tapi buat saya, "pengakuan dosa"nya cuma basabasi, dan bukan "pengakuan dosa" yg sebenarnya.

Logikanya nggak masuk : hanya beli makanan dan minuman saat menunggu, kok bisa menghabiskan 3 juta rupiah dalam tempo 9 hari saja (selama periode lebaran itu).
Kalau serius membuat "pengakuan dosa", harusnya menyesal, dan mengakui telah "minum BBM" dan "makan etoll card" dengan besaran yang tidak jauh dari angka yang di atas yang di"embat" saat periode lebaran itu.

Setelah seminggu lewat, kesempatan yang diberikan ternyata tidak dimanfaatkan ya sudah ..... alasan apapun sudah tidak bisa diterima. Saat nya bicara tegas, tidak ada tempat di BTU, selama saya jadi MUP3 nya, untuk para "pelanggar integritas", khususnya para "penusuk dari belakang", terkhusus lagi yang menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan.

Saya jadi teringat perkataan Robert Lai, sahabat yang sudah seperti saudara, bagi pak Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos, yang pernah menjadi Dirut PLN : "Trust is good, but Control is better”
Kita boleh percaya pada orang, karena itu hal yang baik, tapi "monitoring" / "pengendalian" / "evaluasi" adalah hal yang lebih baik untuk selalu dilakukan.

Mau kah rekan-rekan semua, membantu saya untuk melaksanakan "Control is better" itu ???
Terakhir, jangan lupa untuk bahagia. Integritas, integritas, dan integritas....adalah hal utama, untuk selalu dijaga, tanpa itu : hidup kita seperti "ada dan tiada".
Tak lupa, Mari kita selalu menjaga K2/K3 dalam pekerjaan kita.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

SALAM,
MANAGER UP3 BANTEN UTARA
SUGENG WIDODO




Baca MABAR Edisi Agustus 2019 Selengkapnya

Senin, 01 Juli 2019

MABAR Edisi Juli 2019



"Berpikir positif"

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Pergantian Manager ULP Anyer, per 1 Agustus 2019, yang SK nya baru diserahkan hari kamis itu juga, pas WIG Sesion tingkat UP3, yang sertijabnya dilaksanakan hari jumatnya, 2 Agustus 2019, pasti melahirkan pandangan dan cerita yang beragam. Ada pro ada kontra, ada positif ada negatif, wajar dan natural saja sebenarnya, seperti kejadian-kejadian yang lain.

Tidak ada kewajiban untuk menjelaskan sebenarnya, tapi ada hal yang sedikit perlu saya sampaikan, perihal pejabat barunya. Fakta, yang perlu disampaikan, agar kita semua punya satu sudut pandang yang sama.

Fakta pertama adalah mbak Rizda, si pejabat lama, hendak melaksanakan sebuah kepentingan keluarga yang sangat penting, yaitu program "kehamilan", hal yang menjadi impian semua orang yang berkeluarga.

Fakta kedua adalah mas Hendra, si pejabat baru, adalah peserta terbaik program "school of leader" batch pertama, yang dilaksanakan oleh manajemen UID Banten.

Berdasarkan fakta pertama, besar harapan saya, kita semua paham, ada pertimbangan kemanusiaan yang diambil manajemen UID Banten, dalam mutasi tersebut.

Berdasarkan fakta kedua, kita jadi tahu bahwa ada konsistensi dalam eksekusi program oleh manajemen UID Banten.

"School of Leader", sebagai sebuah program yang dilaksanakan oleh Manajemen UID Banten, dalam mengembangkan kemampuan kepemimpinan rekan-rekan di level Supervisory dasar, ternyata output nya benar-benar "langsung".

Tugas kita selanjutnya, adalah mulai belajar "berpikir positif" terhadap hal-hal yang terjadi, atau hal-hal yang diputuskan oleh manajemen. Tidak ada ruginya berpikir positif, karena banyak hal justru lebih banyak dapat kita lakukan, dengan rasa kebahagiaan.

Jadi jangan lupa untuk bahagia, dengan mengedepankan integritas, integritas, dan integritas....

Tak lupa, Mari kita mengedepankan K2/K3 dalam pekerjaan kita.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Manager UP3 Banten Utara
Sugeng Widodo

Baca MABAR Edisi Juli 2019 Selengkapnya

Sabtu, 01 Juni 2019

MABAR Edisi Juni 2019



“IPE”

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Membaca buku berjudul " Ciputra : The Entreprenuer - The Passion of My Life", yang ditulis Alberthiene Endah itu, membuat saya sedikit merenung. Buku yang menceritakan kisah hidup Ciputra, seorang legenda developer Indonesia itu, menyadarkan saya bahwa butuh "perjuangan" untuk mencapai sebuah kesuksesan dan cita-cita.

Dalam buku itu, dijelaskan dengan cukup detail, "perjuangan" pak Ciputra, dalam mewujudkan "hal-hal yang sebelumnya dianggap mustahil", oleh kebanyakan orang, seperti proyek renovasi pasar senen, pembangunan Taman Impian Jaya Ancol, pengembangan Pondok Indah.

Dalam "perjuangan"nya, terutama saat menghadapi badai krisis moneter, yang sempat menghempaskan usaha nya ke titik minus, ada Nilai-Nilai yang selalu dipegang teguh oleh Ciputra. Nilai-Nilai itu disingkat dengan IPE, yang terdiri dari :

- Integritas
- Profesionalisme
- Entreprenuership

Nilai-Nilai yang menurut saya sangat pas untuk diterapkan, di UP3 Banten Utara, di saat pertumbuhan penjualan di UP3 Banten Utara sedang negatif seperti saat ini. Ijinkan saya menuliskan pentingnya IPE dari buku itu, secara utuh, sebagai berikut :

Integritas menjaga kita untuk bekerja dengan jujur, penuh komitmen, dan memegang teguh kepercayaan. Profesionalisme mendorong kita bekerja all-out dan penuh kesungguhan untuk menghasilkan yang terbaik. Entreprenuersihp akan memotivasi seseorang untuk berpikir ekstra dan kreatif, serta mengantarnya menjadi manusia penuh daya, yang bukan hanya bisa menolong dirinya sendiri, tapi juga orang lain.

Setelah paham uraian di atas, tantangan sebenarnya adalah mengimplementasikannya, dalam pekerjaan kita sehari-hari. Ilmu harus diamalkan agar kelihatan hasilnya.
"Lha, saya kan sudah mau pensiun pak, gimana dong ?"

Setidaknya jadikan ilmu yang bermanfaat, ilmu yang pahala nya terus mengalir untuk kita, meski kita sudah meninggal kelak. Bila sudah paham, memgerti, ajarkanlah kepada anak atau cucu kita.
Sejujurnya ilmu-ilmu kehidupan, seperti yang disampaikan pak Ciputra dalam buku itu, sangat jarang diajarkan di bangku sekolah, atau jarang sekali dipahami siswa, bahkan mahasiswa sekalipun, oleh beberapa sebab, pas diajarkan pas bolos misalnya.

Jadi selamat memahami dan mengamalkan IPE (Integritas, Profesionalisme, Entrepeneurship) itu dalam hidup kita. Jangan lupa untuk diajarkan kepada orang lain, agar jadi "ilmu yang bermanfaat", yang pahala nya terus mengalir untuk kita, meski kita sudah meninggal kelak. Tak lupa, Mari kita mengedepankan K2/K3 dalam pekerjaan kita.

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Manager UP3 Banten Utara
Sugeng Widodo

Baca MABAR Edisi Juni 2019 Selengkapnya

Rabu, 01 Mei 2019

MABAR Edisi Mei 2019



Doa" + "Yakin" + "Usaha"

Rekan-Rekan Pegawai PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan

Melanjutkan sekapur sirih edisi Oktober 2018 kemarin, saya menjelaskan point-point KPI tahun 2018 yang sangat tidak mudah, bahkan bisa dibilang tidak mungkin dicapai, diantaranya:

  1. Umur Piutang (COP) di saat 90% penjualannya begitu terbit rekening langsung dihitung sebagai tunggakan lancar.
  2. Nihil lembar tunggakan, di saat retur di tanggal 21 masih 120.000 an pelanggan.
  3. Nihil daftar tunggu di saat pelanggan TT, TM, dan TR Perluasan Jaringan juga dihitung
  4. Pelunasan PRR yg sudah dihapuskan sebesar 1,4 Milyar
  5. Pelunasan TS Prabayar sebesar 2,4 Milyar itu
  6. Pelanggan premium sebanyak 60 pelanggan di saat kondisi keterbatasan material        penyambungan
  7. Peningkatan kehandalan penyulang minimal 50%, ditengah keterbatasan anggaran                  pemeliharaan
Umumnya kita akan menjawab, "yang penting kita berusaha pak", atau "kita akan usahakan semaksimal mungkin", dan jawaban-jawaban yang sejenis. Dan hampir bisa dipastikan, sering kali kita menganggap "Doa" bukan bagian dari usaha. "Doa" biasanya diletakkan di urutan terakhir, sebagai bentuk "kepasrahan" kita, setelah kita ber"Usaha" Hal yang ingin, sedikit, saya pesankan, untuk digeser, kepada rekan-rekan BTU semua: "Doa" kita tempatkan pada urutan pertama, dari usaha yang kita lakukan. Karena dalam ber"Doa" kita harus:

- tahu apa yang hendak kita minta,
- tahu apa hal-hal yg harus dilakukan untuk dimudahkan / dilancarkan,
- tahu apa hal-hal yang akan menjadi kendala untuk dijauhkan/diringankan,

Setelah ber"Doa", memohon kepada "Yang Maha dari Segala Maha", tentunya kita menjadi "Yakin" atas apa-apa yang menjadi Doa kita, iya kan ? Agak aneh juga, bila kita ber"Doa", tapi kita nggak "Yakin" atas apa yang kita "Doa" kan, betul kan ? Setelah "Doa" + "Yakin" saatnya kita melangkah, berbuat untuk ber"Usaha" mewujudkan apa-apa yg kita "Doa" kan.

"Usaha", kadang-kadang, mungkin dianggap tidak nyambung, dalam pandangan orang lain, tetap harus dilaksanakan, karena sudah menjadi bagian dari "Doa", dan ke"Yakin"an. Kunci nya terus melangkah.  "Doa" dan "Yakin" sebenarnya adalah bagian dari "Usaha" itu sendiri, hanya terkadang kita suka menempatkannya terbalik, di belakang, sehingga tidak tumbuh ke"Yakin"an dalam hati kita saat ber"Usaha".

Saya yakin dan percaya, rekan-rekan Area Banten Utara akan menggeser urutan penempatan "ikhtiar" kita, menjadi: "Doa" + "Yakin" + "Usaha",  tentu harus dibarengi dengan menjaga integritas-integritas-integritas....

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Salam,
Sugeng Widodo
Manajer Area Banten Utara



Baca MABAR Edisi Mei 2019 Selengkapnya


Senin, 01 April 2019

MABAR Edisi April 2019



100.000 Kali Lipat

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Membaca judul tulisan ini, saya yakin banyak yang bertanya-tanya apa maksudnya, "100.000 kali lipat" itu apa, dan lain sebagainya. Angka itu, adalah angka yang harus diterima dengan keyakinan, orang Islam menyebutnya dengan "Iman". Angka itu, Tidak bisa dinalar dengan logika, atau dengan akal manusia belaka.

"100.000 kali lipat" itu, adalah nilai pahala yang didapatkan umat islam, yang melaksanakan ibadah sholat di Masjidil Haram, yang ada Ka'bah itu, yang berada di kota Mekkah itu, yang berada di negara Saudi Arabia itu, dibandingkan di tempat lain. Jadi misalkan kita melaksanakan sholat dhuhur di Masjidil Haram, maka nilai pahala nya, 100.000 kali lipat, dibandingkan sholat dhuhur di Indonesia, misalkan.

Tanpa "Iman" atau Keyakinan, logika dan akal kita, tidak akan menerima, sekali sholat di Masjidil Haram, nilai pahala nya sama dengan sholat selama 274 tahun di tempat yang lain (Asumsi setahun 365 hari). Tanpa "Iman" atau keyakinan itu, sangat tidak mudah menerima, satu hari dilakukan, nilainya sama, dengan melakukannya selama 274 tahun di tempat lain.

"Perlawanan" dari logika dan akal sehat kita, akan sangat minimal, bahkan hilang, bila kita pernah menginjakkan kaki kita di Masjidil Haram. Sekali kita pernah berada di sana, maka kita bisa merasakan memang ada "hal yang berbeda". Hal yang membenarkan angka "100.000 kali lipat" itu.
Tidak heran, bagi umat Islam, naik Haji, ke tanah suci, di dalamnya termasuk ke Masjidil Haram, adalah salah satu dari lima rukun Islam. Memang ada catatan bagi yang mampu, tapi bagi Allah yang Maha Kaya, tentu hal yang sangat mudah, memberangkatkan hamba yang dikehendaki-Nya, untuk naik Haji.

Selain dengan naik Haji, cara lain mendapatkan angka "100.000 kali lipat" itu, adalah dengan Umroh. Dengan waktu yang lebih singkat, dan tanpa masuk daftar tunggu, Umroh, adalah salah satu pilihan merasakan nikmatnya beribadah di Masjidil Haram. Sebuah kenikmatan untuk mendapatkan angka "100.000 kali lipat".

Angka "100.000 kali lipat" itu, adalah sebuah kesempatan, bagi umat manusia di akhir jaman ini, untuk mendapatkan apa yg dimiliki oleh umat manusia di awal dulu, yang umur nya mencapai 1.000 tahun itu. Satu hal yang pernah disampaikan Chairil Anwar, penyair terkenal jaman kemerdekaan, "aku ingin hidup 1.000 tahun lagi".

Angka "100.000 kali lipat" itu, adalah salah satu simbol dalam kehidupan kita, bila kita mempunyai ilmu-nya, kita meyakini-nya dengan sepenuh hati, maka kita bisa mendapatkan sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang di luar kemampuan kita bahkan untuk membayangkannya.

Ilmu, dan Keyakinan, dua hal yang harus kita miliki untuk meraih "target", "tujuan", "cita-cita" kita. Dengan ilmu dan Keyakinan, kita akan mencapai hal-hal yang sebelumnya mustahil dalam bayangan kita. Untuk itu, mari kita tingkatkan ilmu kita, dan perkuat keyakinan kita. Tidak Ada Hal yang tidak bisa dicapai, Percaya lah, kalau MAU PASTI BISA.

Tak lupa, Mari kita Jaga Integritas, Integritas, dan Integritas

Tetap Semangat dan Terus Bergerak

Manager UP3 Banten Utara
Sugeng Widodo

Baca MABAR Edisi April 2019 Selengkapnya




















Jumat, 01 Maret 2019

MABAR Edisi Maret 2019



Potensi diri

Rekan-rekan PLN UP3 Banten Utara yang sangat saya banggakan,

Membaca serial tulisan Di'sway, baik di website disway.id, atau pun di buku nya, yang baru terbit di bulan Maret 2019 ini, yang membahas mengenai Wardah, membuat saya semakin sadar bahwa semua pegawai punya potensi. Potensi untuk berkontribusi maksimal dalam memajukan perusahaan yang kita cintai ini.

Dalam serial tulisan itu, diceritakan bagaimana dua orang putra bu Nurhayati (pemilik Wardah), yang sama-sama lulusan ITB, satu jurusan Elektro, dan yang satu jurusan Kimia, ternyata punya "potensi" yang berbeda. Saat ditugaskan untuk sama-sama mengembangkan pemasaran Wardah, yang lulusan elektro di wilayah Indonesia Barat, dan yang lulusan kimia di wilayah Indonesia Timur, ternyata hasilnya berbeda. Wilayah Indonesia Barat lebih maju.

Umumnya kita, kemungkinan besar akan langsung men"judge", bahwa yang menangani Wilayah Indonesia Timur, yang lulusan kimia itu, level nya lebih rendah misalkan. Atau kita, sebagian besar, akan menilai bahwa yang kurang maju itu, tidak bisa diandalkan misalkan. Tapi menyikapi kondisi di atas, terlihat lah Kehebatan manajemen Bu Nur, selaku pemilik Wardah, dalam mengelola Sumber Daya Manusia nya, khususnya kedua putra beliau tersebut. Dengan melihat sifat-sifat dan perilaku kedua orang putra nya, (Namanya Ibu, tentu sangat tahu kan bagaimana anak nya), maka pembagian tugas pun diubah.

Lulusan Elektro ITB, yang sukses memajukan Wilayah Barat itu, ditugaskan menangani pemasaran, untuk seluruh wilayah. Lulusan Kimia ITB, (yang mungkin kita nilai kurang sukses atau bahkan kita anggap gagal itu) ditugaskan menangani Produksi dan Quality Control nya. Hasilnya: PT Paragon Technologi and Inovation (PTI), perusahaan yang memproduksi Wardah, berkembang dan membesar gila-gilaan. Tumbuh luar biasa, sering di atas 100%, beberapa kali tumbuh 400 % dalam setahun. Saat kondisi ekonomi yang berat saat ini, Wardah masih tumbuh 40%. Saat ini dari 10 merk kosmetika yg paling laku, 3 terbesar adalah kosmetik produk Wardah. Bayangkan bila dulu bu Nur, tidak jeli, dan melakukan perubahan "penugasan" untuk kedua putra nya, yang lulusan ITB dua dua nya itu.

Untuk kita, sebagai pegawai, mari kita melihat potensi yang ada pada diri kita masing-masing, untuk selanjutnya kita berkontribusi maksimal untuk perusahaan yang kita cintai ini. Jangan segan menyampaikan kepada atasan bila memang ingin berkontribusi secara maksimal sesuai potensi kita. Percaya lah, kalau MAU PASTI BISA.

Yang jadi atasan, mari kita jeli melihat potensi bawahan-bawahan kita. Barangkali ada potensi yang belum dimaksimalkan, karena belum pas nya penugasan saat ini. Percayalah selalu ada cara dan metoda yang berbeda untuk hasil yang lebih baik.

Mari Jaga Integritas, Integritas, dan Integritas

Tetap Semangat dan Terus Bergerak


Manager UP3 Banten Utara
Sugeng Widodo



Baca MABAR Edisi Maret 2019 Selengkapnya


Jumat, 01 Februari 2019

MABAR Edisi Februari 2019



Menjemput "Keberuntungan"


Rekan-Rekan Pegawai PLN Area Banten Utara yang sangat saya banggakan. 

Membaca Blog DI'S WAY (disway.id), yang ditulis pak Dahlan Iskan, wartawan senior, mantan menteri BUMN itu, dalam 4 tulisan terakhir, membahas tentang kisah sukses Raja Tempe di Jepang, yang berasal dari Indonesia.

Kisah Rustono, Raja Tempe dari Kyoto - Jepang, yang asli nya dari Grobogan - Jawa Tengah itu, diceritakan pak DIS (nama inisial pak Dahlan Iskan di dunia jurnalistik), secara bertutur, yang sangat memikat. Kisah sukses, yang diawali dengan sebuah mimpi, yang jadi bahan tertawaan, bahan ejekan, bahkan disebut gila, saat disampaikan kepada rekan-rekan nya.
Selalu saja ada tantangan, cobaan, dan ujian, untuk mencapai sukses tersebut. Misalkan saat awal-awal, susahnya membuat tempe di Jepang, nggak jadi-jadi.
Belakangan baru ketahuan, penyebabnya air kran di Jepang, yang terlalu hygienis, sehingga ragi tempe tidak bisa tumbuh optimal.


Saat sudah berhasil membuat tempe pun, ternyata sangat tidak mudah menjualnya di Jepang, banyak penolakan, meski diberikan gratis sekalipun. Tapi itu lah perjuangan. Sampai saat "keberuntungan" itu datang. Saat membuat atap, di musim salju yang lebat. Saat ada wartawan lewat, dan tertarik krn melihat orang di atas atap saat musim salju.Saat ditanya,"sedang apa", jawaban Rustono,"sedang membangun impian". Padahal posisi di atas atap, saat salju sedang lebat-lebatnya. Karena tertarik, si wartawan, dari koran Yumiuri Shimbun, koran terbesar di Jepang, menulis tentang "membangun impian" itu, dan dimuat satu halaman penuh. Dan menjadi Viral, tiba-tiba banyak yg menghubungi Rustono, untuk membeli tempe, dan seterusnya hingga menjadi Raja Tempe di Jepang, seperti saat ini.

"Keberuntungan" yang kesannya tiba-tiba datang, padahal harus dijemput dengan kerja keras, tidak mengenal lelah, apalagi putus asa. Tentu lebih asyik kalau rekan-rekan, berkenan membaca artikel nya langsung, di Blog DI'S WAY, edisi senin, 5 November 2018 s.d kamis, 8 November 2018.

Kisah Raja Tempe dari Grobogan itu semoga menjadi inspirasi untuk kita. Banyak KPI tahun 2018 yang sangat tidak mudah, bahkan bisa dibilang tidak mungkin dicapai, seperti :

1. Umur Piutang (COP) di saat 90% penjualannya begitu terbit rekening langsung dihitung sebagai tunggakan
    lancar.
2. Nihil lembar tunggakan, di saat retur di tanggal 21 masih 40.000 an pelanggan.
3. Nihil daftar tunggu di saat pelanggan TT, TM, dan TR Perluasan Jaringan juga dihitung
4. Pelunasan PRR yg sudah dihapuskan sebesar 1,4 Milyar
5. Pelunasan TS Prabayar sebesar 2,6 Milyar itu
6. Pelanggan premium sebanyak 60 pelanggan di saat kondisi keterbatasan material penyambungan
7. Peningkatan kehandalan penyulang minimal 50%, di tengah keterbatasan anggaran pemeliharaan,

Harapan saya, kita semua bisa mengambil inspirasi dengan terus berjuang dan bekerja keras, untuk menjemput "keberuntungan".

Kunci nya hanya satu, terus melangkah. Ya....tetap semangat dan terus bergerak lah....hingga di satu titik, akan ada "keberuntungan" di depan kita, tiba-tiba, karena kita terus fokus melaksanakan, apa yang harus dilaksanakan, yang kita yakini benar.

Saya yakin dan percaya, rekan-rekan Area Banten Utara mau untuk terus menjemput "keberuntungan" itu. Salah satunya dengan terus mengupdate scoreboard, dan melaksanakan WIG Sesion, secara konsisten.

Perjuangan menjemput "keberuntungan", tentu harus dibarengi dengan menjaga integritas-integritas-integritas....

Tetap Semangat dan Terus Bergerak


Salam,
Sugeng Widodo
Manager UP3 Banten Utara

Baca MABAR Edisi Februari 2019 Selengkapnya